20 March 2009

DILEMA, SIAPA YANG HARUS BERPERAN AKTIF ?

Menurut kabid Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) Disdikpora ………………, faktor pendukung berkembang atau tidaknya taman baca : 1. Greget peminat taman baca; 2. Minimnya dana pengembangan; 3. Semangat komitmen pengurus taman baca. Untuk masalah dana dapat diatasi dengan memperluas informasi, lantaran beberapa program, di dinas terkait menyediakan informasi tentang pendanaan taman baca. Misalnya dari pemerintah pusat. Begitu juga dengan bantuan pembagian buku, yang terkadang juga menjadi program dari dinas terkait hanya memang tidak setiap bulan. Bantuan dana juga tidak selamanya ada, namun setiap ada bantuan, jumlahnya terbilang lumayan besar untuk pengembangan taman baca, bernilai Rp. 5 juta sampai Rp. 10 juta. Untuk pemkab, pengusulan anggaran khusus taman baca belum pernah diusulkan. Ini menyangkut greget masyarakat di Kudus yang kurang berminat berkunjung ke taman baca. Tidak adanya greget harus didukung pengurus yang kreatif. Karena peminatnya kurang sehingga anggarannya pun belum secara khusus pernah kami usulnya (dikutip dari Jawa Pos/Radar Kudus, 15 Maret 2009).

Sebagai pihak pengurus taman bacaan yang dikelola swadaya sangat senang ada berita mengenai ada dana dari pemerintah. Timbul pertanyaan bagaimana cara mendapatkan dana ? haruskah dengan membuat proposal yang bertele-tele ? ada tidak panduan dari pihak dinas ? berapa lama yang dibutuhkan untuk mengajukan permohonan dana ? kepada siapa saja yang harus dimintai tanda tangan ? bisa tidak mengurus surat permohonan di luar jam kerja, misalkan pada sore atau malam hari ? dari daftar pertanyaan diatas adalah kendala pengurus taman bacaan untuk dapat mendapatkan dana dari pemerintah, karena pengusulan permohonan dana membutuhkan waktu tidak cukup satu hari. apalagi pada jam kerja, pengurus taman bacaan juga butuh kerja untuk menyambung hidup, inilah dilema yang dihadapi. Disatu disisi pemerintah menyediakan dana, disatu sisi pengurus perlu kerja untuk menghidupi keluarga dan juga terus memikirkan kelangsungan taman bacaan yang juga butuh dana.

Kutipan artikel diatas pengolala juga dituntut untuk kreatif dan semangat berkomitmen untuk perkembangan taman bacaan, pengelola taman bacaan yang nyata-nyata swadaya masih dituntut, bagaimana dengan bagian Pendidikan Nonformal dan Informal Disdikpora yang nyata-nyata pekerjaannya sehari-hari dan digaji pemerintah seharusnya dituntut lebih banyak agar taman bacaan ada di setiap Desa, tiap RW atau malah tiap RT, juga banyak peminatnya. Bagaimana juga tahu peminat taman bacaan kurang kalau taman bacaan tidak ada, yang ada saja tidak dipantau atau diurus dan didorong untuk berkembang.

Sejak awal pengelola taman bacaan ibuku bertekad untuk mengelola secara swadaya, tidak mencari bantuan secara resmi, hanya mengandalkan jaringan tertemanan saja, sehingga tidak membutuhkan surat menyurat yang tertele-tele hanya bermodal kepercayaan. Mencari bantuan secara resmi baru diusahakan jika buku yang dimiliki sudah terdata semua, sirkulasi peminjaman sudah tertata dan administrasi taman bacaan sudah mantap. Hal ini untuk pembelajaran pengelolaan terlebih dahulu, dengan buku yang dimulai dari sedikit pengelolaan lebih mudah, juga belajar mengenai perilaku para anggota, sehingga nanti kalau mendapat bantuan buku banyak sudah punya bekal untuk mengelola.

Bagaimana jalan yang harus dicari agar minat baca masyarakat meningkat dan taman bacaan minimal ada di tiap desa, dikelola dengan baik, tidak asal ada papan nama aja, tapi kegiatan tidak jelas. Kita semua harus prihatin Indonesia berada pada peringkat 96 untuk minat baca di dunia dan peringkat 107 untuk Human Development Index (HDI) dibawah Vietnam (105), Filipina (90), Thailand (78), Malaysia (63), Brunei Darussalam salam (30) dan Singapura (25) menurut UNDP tahun 2007/2008. Pengukuran Human Development Index merupakan perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Hasil ini jelas sekali mengindikasi bahwa belum maksimalnya kualitas bangsa ini, dan salah satu faktornya belum maksimalnya angka melek huruf.

Untuk dapat meningkatkan minat baca diperlukan peran serta semua unsur, paling utama dalam keluarga sendiri yaitu bapak dan ibu : yaitu dengan 1. untuk menyempatkan waktunya untuk mengenalkan bahan bacaan misalnya dongeng, cerita anak, atau kisah-kisah orang-orang terkenal pada anak-anaknya; 2. membuat jadwal membaca atau belajar pada malam hari dengan mematikan televisi; 3. mengajak anak-anak berkunjung ke perpustakaan/taman bacaan/toko buku rutin tiap minggu atau satu bulan sekali; 4. Mengenalkan pada tokoh-tokoh masa kini yang berhasil terutama yang berkaitan dengan membaca dan menulis. Kondisi diatas dapat dipenuhi untuk keluarga yang dari sisi ekonomi sudah berkemampuan dan punya kesadaran bercerita dan membaca. Untuk keluarga dari sisi ekonomi kurang mampu membutuhkan peran serta dari pemerintah atau pegawai yang membidangi tugas pendidikan untuk dapat membuat taman bacaan yang mendekat masyarakat dengan memberdayakan karang taruna. Kita tidak tahu minat baca masyarakat tinggi atau rendah kalau tidak ada taman bacaan, dengan adanya taman bacaan dapat menarik minat masyarakat khususnya anak-anak untuk datang membaca.

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah mengusahakan atau menyumbangkan buku-bukunya dan terima kasih sekali lagi kepada teman-teman yang sudah menyumbang rutin dalam bentuk uang setiap bulan yang sangat berarti untuk kelangsungan taman bacaan, sehingga buku-buku baru tiap bulan selalu ada. Sumbangan rutin tiap bulan sangat berarti sekali bagi pengurus taman bacaan.
READ MORE - DILEMA, SIAPA YANG HARUS BERPERAN AKTIF ?

  © Blogger template 'External' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP